Lebih dari dua ratus tahun yang lalu, sebuah taman pada masa itu, yang
merupakan masa yang penuh keindahaan dan rahasia, berdiri sebagai lambang
kejayaan Raja Mataram. Memang bukan asli arsitektur Jawa atau Nusantara. Namun
keindahaan ciptaan banga Portugis itu tetap bermakna dan menjadi simbol
keajaiban budaya manusia.
Taman sari adalah taman kerajaan
atau pesanggrahan Sultan Yogya dan keluarganya. Sebenarnya selain Tamansari,
kesultanan Yogyakarta memiliki beberapa pesanggrahan seperti Warungboto,
Manukberi, Ambarbinangun dan Ambarukmo. Kesemuanya berfungsi sebagai tempat
tetirah dan bersemedi Sultan beserta keluarganya. Disamping komponen-komponen
yang menunjukkan tempat peristirahatan, pesanggrahan-pesanggrahan tersebut
selalu memiliki komponen pertahanan. Begitu jugahanya dengan Tamansari.
Letak Tamansari hanya sekitar 0.5
Km sebelah selatan Kraton Yogyakarta. Arsitek bangunan ini adalah bangsa
Portugis, sehingga selintas seolah-olah bangunan ini memiliki seni arsitektur
Eropa yang sangat kuat, disamping makna-makna simbolik Jaw yang tetap
dipertahankan. Namun jika kita amati, makna unsur bangunan Jawa lebih dominan
disini. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I atau sekitar abad
XVII M. tamansari bukan hanya sekedar taman kerajaan, namun bangunan ini
merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari kolam pemandian, kanal air,
ruangan-ruangan khusus dan sebuah kolam besar (apabila kanal air terbuka).
Bagian Sakral
Bagian sakral Tamansari
ditunjukkan dengan sebuah bangunan yang agak menyendiri. Ruangan ini terdiri
dari sebuah bangunan berfungsi sebagai tempat pertapaan Sultan dan keluarganya.
Bagian Kolam Pemandian
Bagian ini merupakan bagian yang
digunakan untuk Sultan dan keluarganya bersenang-senang. Bagian ini terdiri
dari dua buah kolam yang dipisahkan dengan bangunan bertingkat. Air kolam
keluar dari pancuran berbentuk binatang yang khas. Bangunan kolam ini sangat
unik dengan pot-pot besar di dalamnya.
Bagian Pulau Kenanga
Bagian ini terdiri dari beberapa
bangunan yaitu Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti, Sumur Gemuling dan
lorong-lorong bawah tanah. Pulau kenanga atau Pulau Cemeti adalah sebuah
bangunan tinggi yang berfngsi sebagai tempat beristirahat, sekaligus sebagai
tempat pengintaian. Bangunan inilah satu-satunya yang akan kelihatan apabila
kanal air terbuka dan air menggenangi Pulau Kenanga ini. Disebutkan bahwa jika
dilihat dari atas, bangunan seolah-olah sebuah bunga teratai di tengah kolam
yang sangat besar.
Sumur Gemuling adalah sebuah bangunan melingkar yang berbentuk seperti sebuah sumur didalamnya terdapat ruangan-ruanganyang konon dahulu difungsikan sebagai tempat sholat.
Sementara itu lorong-lorong yang ada dikawasan ini dahulu konon berfunsi sebagai jalan rahasia yang menhubungkan Tamansari dengan Kraton Yogyakarta. Bahkan ada legenda yang menyebutkan bahwa lorong ini tembus ke pantai selatan dan merupakan jalan bagi Sultan Yogyakarta untuk bertemu dengan Nyai Ro Ro Kidul yang konon menjadi istri bagi Raja-raja Kesultanan Yogyakarta. Bagian ini merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat pertahanan atau perlingdungan bagi keluarga Sulta apabila sewaktu-waktu ada serangan dari musuh.
Tamansari adalah sebuah tempat yang cukup menarik untuk dikunjungi. Selain letaknya yang tidak terlalu jauh dari Kraton Yogyakarta yang merupakan objek wisata kota ini, Tamansari memiliki beberapa keistimewaan. Keistimewaan Tamansari antara lain terletak pada bangunannya sendiri yang relatif utuh dan terawat serta lingkungannya yang sangat mendukung keberadaannya sebagai objek wisata. Dilingkungan Tamansari ini juga dijumpai masjid SakaTunggal yang memiliki satu buah tiang. Meskipun masjid ini dibangun pada abad XX, namun keunikannya tetap dapat menjadi aset di kompleks ini. Disamping itu, kawasan Tamansari dengan kampung tamannya ini sangat terkenal dengan kerajinan batiknya. Kita dapat berbelanja maupun melihat secara langsung pembuatan batik-batik yang berupa lukisan maupun konveksi.
Kampung Tamansari ini sangat dikenal sehingga banyak kunjungan baik dari wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Tidak jauh dari Tamansari, dapat dijumpai pasar Ngasem yang merupakan pasar tradisional dan pasar burung terbesar di Yogyakarta. Beberapa daya tarik pengunjung inilah yang membuat Tamansari menjadi salah satu tujuan wisata Yogyakarta Kraton Yogyakarta.
Informasi lebih detail :
Dua ratus tahun silam. Tamansari yang berarti taman yang indah adalah subuah tempat rekreasi dan kolam pemandian atau disebut pula pesanggrahan bagi Sultan Yogyakarta beserta seluruh kerabat istana. Terletak tidak jauh dari kompleks keraton Yogyakarta saat ini, walau kondisinya cukup memprihatinkan sebagai salah satu situs peninggalan sejarah, taman yang setengahnya tinggal reruntuhan itu tetap banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Mengutip dari Babad mangkubumi, Tamansari dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I atau Pangeran Mangkubumi pada tahun 1683 (silsilah kerajaan Mataram) menurut penganggalan tahun Jawa atau tahun 1757 Masehi. Taman itu berdiri, tepat bersamaan dengan berdirinya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (sejarah kerajaan Mataram).
Komplek Tamansari yang menempati lokasi seluas lebih dari 12 hektar berarsitektur dan relief perpaduan antara gaya aritektur Hindu, Budha, Islam , Eropa dan Cina itu selasai dibangun pada tahun 1765 Masehi. Untuk memberi makna pada setiap bangunan, Sri Sultan Hamengku buwono I waktu itu memberi nama masing-masing bangunan yakni Keraton Pulo Kenanga, Masjid Tamansari dan Pulo Penambung yang terapung di atas air, kolam pemandian dan gedung tempat tidur Sri Sultan dan Permaisuri.
Kolam pemandian terletak di sebelah selatan masjid membujur dari utara ke selatan terdiri dari kolam pemandian yang disebut Umbul Kawitan, Umbul Pamuncar, Umbul Panguras.
Umbul Panguras adalah kolam pemandian khusus bagi Sri Sultan, sedangkan Umbul Pamuncar adalah kolam pemandian yang disediakan bagi Permaisuri dan Umbul Kawitan untuk putra-putri Raja.
Bangunan lain gedung Cemeti, Taman Ledokasri merupakan perpaduan dan tempat yang sangat pribadi untuk Raja. Dalam sebuah rumor menyebutkan, Tamansari mempunyai sebuah lorong yang langsung menuju ke pantai selatan yang disebut dengan Parangkusuma dan berfungsi sebagai sarana persiapan penyelamatan jika terjadi peperangan.
Satu bangunan yang menyiratkan perpaduan arsitektur Portugis dan Jawa adalah Sumur Gumiling, bentuknya menyerupai gedung teater melingkar dan tepat ditengah bangunan terdapat telaga buatan (segaran) terdapat puing bangunan besar dan luas.
Di salah satu sisinya terdapat tangga setapak yang gelap menuju lorong gelap bawah tanah Tamansari yaitu Sumur Gumiling. Di ujung lorong terus menuju atrium (bilik) bundar yang terbuka bagian atasnya. Di tengah dasar atrium ada kolam kecil seperti sumur. ruang kecil di sisi barat dari kedua galeri ini dipakai sebagai masjid. Jika dilihat dari keunikan struktur bangunan ada kemungkinan tempat itu di desain sebagai tempat meditasi dan pengasingan diri.
Selain itu menurut mitos, terowongan tersebut juga berfungsi sebagai jalan pertemuan antara Sultan dengan penguasa laut kidul Nyai Roro Kidul.
Jam buka : setiap hari mulai pukul 09:00 - 15:00
Tiket Masuk :
Domestik : Rp. 2500
Mancanegara : Rp. 5000
Kegiatan :
Setelah selesai dipugar, Tamansari akan disediakan untuk umum yang ingin melakukan kegiatan-kegiatan khususnya yang berhubungan dengan kebudayaan, walaupun tidak menolak kemungkinan untuk dipergunakan sebagai tempat untuk acara lain misalnya pesta.
Fasilitas :
- Tempat parkir
- Pemandu wisata berlisensi
Venom 45
Kaskus Addict
UserID: 4438239
Join: 11-06-2012
Post: 1,109
No comments:
Post a Comment