Monday, September 24, 2012

9 Legenda Cinta dari Berbagai Daerah Indonesia


1. Jayaprana dan Layonsari

Legenda Makam Jayaprana

Menurut legenda Bali, Jayaprana adalah seorang yatim piatu yang dibesarkan oleh penguasa desa Kalianget. Ia menikahi Nyoman Layonsari yang berasal dari desa tetangga, Banjar. Namun sang penguasa jatuh cinta pada istri Javaprana dan bersekongkol membunuh Jayaprana untuk mendapatkan Layonsari. Kemudian ia membuat rencana untuk mengirim Jayaprana beserta para tentara untuk melawan pasukan bajak laut yang katanya telah tiba di Bali barat laut. Setibanya di Teluk Terima Patih Sunggaling membunuh Jayaprana. Ketika penguasa meminta Layonsari untuk menikah dengannya, ia memilih untuk tetap setia pada suami dan memilih bunuh diri. Cerita ini menjadi suatu legenda cinta yang tragis di Bali.
Makam Jayaprana:



2. Tan Bun Ann dan Siti Fatimah

Legenda Pulau Kamaro

Dikisahkan, saat Tan Bun Ann akan melamar Siti Fatimah, orang tua Siti Fatimah memberikan beberapa syarat. Antara lain calon mempelai asal China itu harus mempersiapkan sembilan guci yang berisikan emas Permintaan itu dipenuhi oleh keluarga Tan di negeri China.

Namun,untuk menghindari ancaman bajak laut dari China ke Palembang maka guci yang berisi emas itu ditutupi dengan asinan dan sayuran oleh Tan Bun Ann.Ketika tiba di Palembang Tan memeriksa guci berisikan emas itu dan hanya ditemukan sayuran dan asinan busuk. Dengan hati kecewa Tan lalu marah dan membuang seluruh guci itu ke Sungai Musi, tetapi pada guci terakhir terhempas pada dinding kapal dan pecah berantakan, sehingga terlihatlah kepingan emas yang ada di dalamnya.

Dengan rasa penyesalan yang mendalam Tan Bun Ann mengambil keputusan terjun ke Sungai Musi dan tenggelam. Melihat kejadian itu, Siti Fatimah calon istrinya juga ikut terjun ke sungai seraya berpesan, ‘Jika ada tanah yang tumbuh di Sungai Musi ini,maka di situlah kuburan kami’. Pesan itu terbukti dan timbullah sebuah pulau di tengah Sungai Musi sekarang dinamakan Pulau Kemaro
Pulau Kemaro:


3. Ki Santang dan Dewi Rengganis

Legenda Situ Patenggan

Konon, ditempat ini juga terdapat sebuah legenda romantis. Alkisah, ada sepasang anak manusia yang saling mencintai yaitu Ki Santang dan Dewi Rengganis. Sekian lama mereka terpisah dan saling mencari keberadaan satu sama lain. Dan pada akhirnya, mereka bertemu di sebuah batu yang kini disebut sebagai Batu Cinta. Untuk mengabadikan cintanya, Dewi Rengganis meminta kepada Ki Santang untuk dibuatkan sebuah danau dan juga perahu untuk mereka berlayar. Kini, danau itu disebut Situ Patengan dan perahu yang kini menjadi sebuah pulau berbentuk hati itu disebut sebagai Pulau Asmara.
Batu Cinta:


4. Kisah Cinta Sampai Ahir Hayat

Pantai Karang Nini

Alkisah pada jaman dahulu hidup dua orang lanjut usia di tempat ini. Sang kakek yang seorang pencari ikan pergi ke laut untuk mencari tangkapan. Namun dalam pencariannya kali ini Ia tidak kembali pulang karena tergulung ombak pantai selatan. Sang nenek yang memiliki cinta demikian besarnya terhadap sang kakek kemudian meminta dan memohon kepada Penguasa Pantai Selatan untuk bisa dipertemukan lagi dengan pasangan jiwanya. Setelah permohonannya itu, munculah sebuah karang yang sekarang disebut Balekambang sebagai perwujudan jiwa kakek tersebut. Ketika kita berdiri di batu karang Balekambang, konon badan kita serasa bergerak-gerak mengikuti hempasan ombak laut. Tidak cukup dengan pemberian Penguasa Pantai Selatan yang pertama, kemudian sang nenek kembali bersemedi untuk memohon permintaan yang kedua. Kali ini sang nenek ingin lebih dekat lagi dengan sang kakek, dan pada permintaan yang kedua inilah menurut ceritera, jiwa sang nenek diambil oleh Penguasa Pantai Selatan dan dirubah menjadi sebuah batu karang yang arahnya menghadap Balekambang. Batu karang tersebut yang kemudian secara fisik dianggap mirip rupa sang nenek yang sedang duduk bersandar.
Pantai Karang Nini:


5. Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso

Legenda Candi Prambanan

Menurut legenda, Roro Jonggrang adalah puteri dari Raja Boko yang berkuasa di daerah Prambanan. Kecantikan dan keanggunan Roro Jonggrang membuat seorang pria dari daerah Pengging yang bernama Bandung Bondowoso ingin memperistrinya. Tapi sebenarnya, Roro Jonggrang tidak mencintai Bandung Bondowoso. Sebagai strategi menolak pinangan tersebut, Roro Jonggrang mengeluarkan syarat agar dibuatkan 1000 candi dalam waktu satu malam. Bandung Bondowoso pun menyanggupinya.

Sebelum melaksanakan pekerjaannya, dia bersemedi untuk mendapat kekuatan dan bantuan dari para jin. Menjelang petang, pembangunan seribu candi mulai dilaksanakan, dan menjelang matahari terbit, pembangunan itu hampir selesai. Melihat hal ini, Roro Jonggrang pun cemas, dan berusaha mencegah kerja tersebut. Roro Jonggrang kemudian memanggil semua putri desa untuk membakar jerami dan memukul lesung (alat penumbuk padi tradisional di Jawa), supaya terkesan hari menjelang fajar. Jin-jin yang melihat hari telah menjelang fajar mulai meninggalkan pekerjaannya. Setelah dihitung, ternyata pekerjaan yang tersisa hanyalah sebuah arca.

Bandung Bondowoso pun mengetahui kecurangan Roro Jonggrang. Dengan perasaan marah dan kecewa, ia mendatangi Roro Jonggrang. Tapi Roro Jonggrang tetap bersikukuh minta digenapi menjadi 1000 candi. Hal ini menimbulkan kemarahan Bandung Bondowoso. "Kurang satu, tambahnya engkau sendiri". Setelah Bandung Bondowoso mengeluarkan kata-kata itu, Roro Jonggrang pun langsung berubah menjadi arca, untuk melengkapi sebuah arca yang belum terselesaikan. Dan arca ini bisa kita lihat di bilik sebelah utara candi utama.
Candi:


6. Lembu Suro dan Dewi Kilisuci

Legenda Gunung Kelud

Alkisah pada masa Kerajaan Kediri ada seorang patih sakti bernama Lembu Suro. Patih tersebut berhasrat mempersunting putri mahkota Kerajaan Kediri yaitu Dewi Kilisuci. Namun sayang Dewi Kilisuci tidak berkenan karena Lembu Suro memiliki wajah yang menyerupai lembu. Dewi Kilisuci mengetahui bahwa Lembu Suro sangat sakti, sehingga jika ia menolak lamarannya mentah-mentah dikawatirkan akan menimbulkan pertumpahan darah. Akhirnya Dewi Kilisuci pun menyusun rencana untuk menolak lamaran sang Lembu Suro.

Dewi Kilisuci meminta syarat Lembu Suro untuk membuat sumur di puncak Gunung Kelud. Lembu Suro pun menyanggupinya, dengan kesaktianya persyaratan tersebut dapat dipenuhi dengan mudah. Setelah sumur tersebut selesai dibuat, dengan sengaja Dewi Kilisuci menjatuhkan cincinya. Kemudian dia memerintahkan Lembu Suro untuk mengambilnya. Lembu Suro yang dimabuk asmara pun menyanggupinya. Tak disangka setelah Lembu Suro sampai di dasar sumur, Dewi Kilisuci beserta abdinya justru mengubur hidup-hidup Lembu Suro. Lembu Suro pun murka dan mangutuk Dewi Kilisuci beserta rakyat Kediri. Dalam kutukanya, Lembu Suro menyatakan akan membanjiri Kediri dengan lahar.

Kutukan itupun terjadi, Dewi Kilisuci pun iba melihat penderitaan rakyatnya. Akhirnya ia menebus kesalahanya dengan melepas tahta dan bersemedi memohon keselamatan untuk rakyatnya di Goa Selomangleng dan Gunung Pegat hingga akhir hayatnya.
Candi:


7. Narotama dan Nyi Roso Putih (Karanganyar Jawa Tengah)

Legenda Kyai Menggung and Nyai Menggung

legenda cinta yang sudah ratusan tahun hidup di Desa Nglurah, Kecamatan Tawang Mangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Dikisahkan Narotama (putra Bali yang jadi pengikut Raja Airlangga. Dia mengembara ke Nglurah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan) lalu bertemu Nyi Rasa Putih yang sakti yang tinggal di desa seberang. Mereka berdua sering bertengkar hingga melibatkan warga desa mereka. Lambat laun, benci berubah jadi cinta dan merekapun menikah Hari pernikahan Kyai Menggung dan Nyi Rasa Putih yang jatuh pada Selasa Kliwon Wuku Dhukut dijadikan hari diadakannya upacara Dhukutan mengelilingi dua arca utama sebanyak tujuh kali, baru kemudian melaksanakan Tawuran Dhukutan, dimana setelah aneka prosesi di Situs Menggung selesai, warga dari Dukuh Nglurah Lor dan Dukuh Nglurah Kidul saling lempar sesajen dan segala benda yang ada didekatnya. Setelah ritual selesai maka semua kembali damai tanpa ada dendam..
Situs:



8. Pangeran Samodra dan Ontrowulan

Legenda Gunung Kemukus

Alkisah, seorang pangeran dari dinasti Mataram, Pangeran Samodra namanya, jatuh cinta kepada ibu tirinya. Cintanya pun tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi tentu saja, cinta yang tidak lazim tersebut mendapat tentangan dari sang Raja. Namun, cinta itu buta, kata
banyak orang. Maka sang Pangeran pun diusir dari keraton.

Tapi karena kesetiaan cinta, ibu tirinya pun nekad menyusul sang pangeran. Sampailah sang Ibu Tiri di Gunung Kemukus, tempat pengasingan sang Pangeran. Malangnya, yang dijumpainya tinggal gundukan tanah kuburan. Karena Pangeran Samodra telah keburu wafat. Maka berkatalah Dewi Ontrowulan, sang Ibu Tiri: "Kiranya terbukalah tanah kuburan ini untuk menelan jasadku, biarlah aku dikuburkan bersama kekasihku."

Lalu terdengar suara tanpa rupa, "Sesucikanlah dirimu terlebih dahulu, sebelum aku bersedia menerimamu." Maka Dewi Ontrowulan pun membersihkan dirinya di sebuah sendang (sumur) yang ada di dekat situ. Hingga saat ini sendang tersebut disebut Sendang Ontrowulan. Konon, setelah sang Dewi selesai sesuci, gundukan tanah kuburan tersebut terbuka, dan menelan jasad Dewi Ontrowulan untuk selamanya.
Gunung Kemukus:


9. Raden Sujono dan Dewi Sulastri

Legenda Pantai Petanahan (Kebumen)

Menurut para sesepuh, tokoh masyarakat dan buku legenda yang ditulis oleh Dinas Pariwisata setempat, pada sekitar tahun 1601, yakni pada masa pemerintahan Mataran yang Rajanya Sutawijaya, terlahirlah seorang gadis cantik dan jelita yang bernama Dewi Sulastri.

Sulastri ini oleh ayahnya telah dicalonkan dengan Joko Puring. Seorang Adipati di Bulupitu. Sayang, dara jelita ini tak mau dijodohkan dengan lelaki bernama Joko Puring. Katanya sekalipun Adipati yang bernama Joko Puring ini juga cukup keren, namun Lastri tak merasa adanya getaran cinta. Makanya, begitu ada seorang bernama Raden Sujono, sekalipun hanya seorang anak Demang dari Wonokusumo, yang datang untuk mengabdi menjadi seorang pembantu, Lastri dengan berbagai argumentasi pada ayahnya agar orang tersebut diterima sebagai abdi dalem di Pucang Kembar. Rupanya Bupati Citrokusumo tak kuasa menolak keinginan anaknya dan diterimalah Raden Sujono sebagai Abdi di Pucang Kembar. Padalah, Joko Puring sebelumnya juga telah mengajukan argumentasi pada Camernya (Calon mertuanya), agar menolak keinginan Raden Sujono sebagai Abdi di Pucang Kembar.

Terjadilah cinta segitiga antara Joko Puring dan Raden Sujono yang sama-sama mencintai Dewi Sulastri yang cukup kece itu. Bedanya, cinta Raden Sujono bahkan sangat diharapkan oleh putri citra Pucang Kembar, sedang Joko Puring cintanya tak kesampaian. Cinta segitiga ini akhirnya berkembang menjadi huru-hara bagi Kabupaten Pucang Kembar. Namun dengan modal tampan dan kesungguhannya, Raden Sujono berhasil mempersunting Ratu Ayu Kabupaten Pucang Kembar menggantikan Citro Kusumo menjadi bupati di Kabupaten tersebut.

ketika suami Sulastri sedang menjalankan tugas negara memberantas berandal, atau preman-preman, secara ekbetulan Joko Puring bisa membawa lari Sulastri sampai ke Pantai Karanggadung yang sekarang dikenal sebagai Pantai Petanahan. Tetapi hal tersebut diketahui oleh Raden Sujono dan akhirnya terjadi lagi pertarungan yang maha dahsyat dua satria yang memang punya kesaktian. Namun begitu, Sulastri akhirnya bisa direbut kembali oleh suaminya. Inilah kesetiaan dari Dewi Sulastri terhadap suaminya yang sejak awal memang didambakan. Prinsipnya, sekalipun ditinggal tugas oleh suaminya sekian lama, toh tak mengurangi kadar cintanya, bahkan sudah tak ada tempat lagi bagi lelaki lain. Begitu perjuangan mempertahankan istrinya dari Joko Puring berhasil, kedua pengantin baru ini mempertahankan istrinya dari Joko Puring berhasil, kedua pengantin baru ini beristirahat di bawah semak-semak pandan yang ada di Pantai Petanahan yang indah tersebut. Apalagi keduanya sudah lama berpisah, tentu merupakan saat terindah bagi Sulastri dan Raden Sujono.
Pantai Petanahan:




ib4th
kaskus holic

ib4th's Avatar

UserID: 1924038
Join Date: Jul 2010
Posts: 864
ib4th  sedang di jalan yg benar

No comments:

Post a Comment