Mengenal Fauna yang Identik dengan Lambang Negara Kita
Elang Jawa atau dalam
nama ilmiahnya Nisaetus bartelsi adalah salah satu spesies elang
berukuran sedang yang endemik di Pulau Jawa.
Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia. Nama latin untuk elang jawa kini resminya telah berganti dari Spizaetus bartelsi menjadi Nisaetus bartelsi.
Populasi dan Habitat Elang Jawa
Populasi burung Elang
Jawa di alam bebas diperkirakan tinggal 600 ekor. Badan Konservasi Dunia
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengategorikannya terancam punah. Konvensi
Perdagangan Internasional untuk Flora dan Fauna yang Terancam Punah
memasukkannya dalam Apendiks 1 yang berarti mengatur perdagangannya
ekstra ketat. Berdasarkan kriteria keterancaman terbaru dari IUCN, Elang
Jawa dimasukan dalam kategori Endangered atau “Genting” (Collar et al.,
1994, Shannaz et al., 1995). Melalui Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun
1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional, Pemerintah RI mengukuhkan Elang
Jawa sebagai wakil satwa langka dirgantara.
Habitat burung Elang Jawa hanya terbatas di Pulau Jawa, terutama di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan.Bahkan saat ini, habitat burung ini semakin menyempit akibat minimnya ekosistem hutan akibat perusakan oleh manusia, dampak pemanasan global, dan dampak pestisida.
Di Jawa Barat, Elang Jawa hanya terdapat di Gunung Pancar, Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango, Papandayan, Patuha dan Gunung Halimun.
Di Jawa Tengah Elang Jawa terdapat di Gunung Slamet, Gunung Ungaran, Gunung Muria, Gunung Lawu, dan Gunung Merapi, sedangkan
Di Jawa Timur terdapat di Merubetiri, Baluran, Alas Purwo, Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, dan Wilis.
Habitat burung Elang Jawa hanya terbatas di Pulau Jawa, terutama di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan.Bahkan saat ini, habitat burung ini semakin menyempit akibat minimnya ekosistem hutan akibat perusakan oleh manusia, dampak pemanasan global, dan dampak pestisida.
Di Jawa Barat, Elang Jawa hanya terdapat di Gunung Pancar, Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango, Papandayan, Patuha dan Gunung Halimun.
Di Jawa Tengah Elang Jawa terdapat di Gunung Slamet, Gunung Ungaran, Gunung Muria, Gunung Lawu, dan Gunung Merapi, sedangkan
Di Jawa Timur terdapat di Merubetiri, Baluran, Alas Purwo, Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, dan Wilis.
Karakteristik Elang Jawa
Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh
antara 60-70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor). Kepala berwarna
coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu,
panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang nampak
keemasan bila terkena sinar matahari).
Jambul hitam dengan ujung putih;
mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat
gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis)
hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam
menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di
sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat
melintang merah sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat
keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai
hingga dekat ke pangkal jari.
Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap
dan lebar melintang yang nampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris
putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.Iris mata
kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh)
kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan
sisi bawah tubuh berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan atau
garis-garis. Ketika terbang, elang Jawa serupa dengan elang brontok
(Nisaetus cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung nampak lebih
kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit
lebih kecil.
Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau
ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi
bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya
ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas
dalam nadanya.
Terancam punah 5 tahun mendatang
Metrotvnews.com, Jakarta:
Satwa langka elang Jawa yang dilindungi terancam kepunahan. Dalam lima
tahun mendatang diperkirakan hewan ini akan punah karena habibatnya
semakin bekurang.
Hal itu dikatakan peneliti burung Susanti Withaningsih di kantor Biro Perencanan dan Kerjasama Luar Negeri (PKLN) Kemendikbud, Jakarta, Selasa (3/4).
Menurut Susanti, elang Jawa merupakan hewan langka di dunia karena bersifat endemik yaitu hanya berada di pulau Jawa saja. Populasinya saat ini semakin berkurang dan hanya tinggal 100 pasang.
Susanti mengemukakan dari penelitiannya, habitat elang Jawa makin berkurang akibat perubahan makin banyaknya hutan yang kini berubah fungsi.
Dengan kondisi itu, banyak pohon tempat burung elang bersarang berkurang. "Jadi habitatnya semakin rusak sehingga keberadaan elang semakin terancam," ungkap Susanti yang juga Kordinator Kerjasama Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca-Sarjana Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung.
Untuk mengatasi kelangkaan dan mengurangi kepunahan elang Jawa, ia mengemukan pentingnya strategi menjaga hutan alam, mengurangi perubahan tata guna lahan, kepedulian pecinta burung, dan kepedulian pemerintah terhadap keberadaan elang tersebut terutama dari Departemen Kehutanan. (MI/Wrt3)
Hal itu dikatakan peneliti burung Susanti Withaningsih di kantor Biro Perencanan dan Kerjasama Luar Negeri (PKLN) Kemendikbud, Jakarta, Selasa (3/4).
Menurut Susanti, elang Jawa merupakan hewan langka di dunia karena bersifat endemik yaitu hanya berada di pulau Jawa saja. Populasinya saat ini semakin berkurang dan hanya tinggal 100 pasang.
Susanti mengemukakan dari penelitiannya, habitat elang Jawa makin berkurang akibat perubahan makin banyaknya hutan yang kini berubah fungsi.
Dengan kondisi itu, banyak pohon tempat burung elang bersarang berkurang. "Jadi habitatnya semakin rusak sehingga keberadaan elang semakin terancam," ungkap Susanti yang juga Kordinator Kerjasama Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca-Sarjana Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung.
Untuk mengatasi kelangkaan dan mengurangi kepunahan elang Jawa, ia mengemukan pentingnya strategi menjaga hutan alam, mengurangi perubahan tata guna lahan, kepedulian pecinta burung, dan kepedulian pemerintah terhadap keberadaan elang tersebut terutama dari Departemen Kehutanan. (MI/Wrt3)
Berapa umur elang Jawa?
Tahukah agan agan , berapa umur elang jawa?
Umur elang jawa dapat mencapai 70 tahun.
Wow..
Sebuah usia yang luar biasa bagi ukuran unggas.
Tetapi apakah teman-teman tahu, bagaimana perjuangan si Elang untuk mencapai usia tersebut?
Inilah kisahnya :
Elang dalam usia normalnya dapat mencapai 40 tahun. Pada usia inilah elang tersebut harus menentukan pilihan hidupnya, apakah ia mau hidup sampai usia 70 tahun atau tidak? Keputusan yang berat ini harus diambil, jika tidak maka usia elang tersebut akan berakhir di usia 40.
Hal tersebut terjadi karena pada usianya yang ke 40, paruhnya sudah terlalu panjang membengkok sehingga hampir menyentuh dada, sehingga mengakibatkan ia tidak dapat menangkap mangsanya. Kuku cakarnya telah menua dan rapuh, sehingga ia sulit mencengkeram mangsanya. Kemudian bulu-bulu di tubuhnya telah semakin lebat dan panjang, sehingga menjadi terlalu berat baginya untuk bermanuver dengan gesit dan anggun. Mangsanya pun dapat melarikan diri.
Keputusan yang diambil oleh elang jawa membuat ia menderita selama kurang lebih lima bulan. Keputusan ini akan membawa elang pada sebuah proses perubahan yang sangat menyakitkan.
Proses ini mengharuskan si elang terbang menuju puncak gunung yang tinggi, di mana tidak ada gangguan apapun. Pertama, si elang harus menghantamkan paruh bengkoknya berkali-kali pada dinding-dinding batu gunung sehingga paruh lamanya terlepas dari mulutnya.
Setelah paruh yang lama terlepas, si Elang harus berpuasa menahan lapar sambil menanti tumbuhnya paruh yang baru. Lalu, setelah paruh baru tumbuh adalah mencabut cakarnya yang menua dan menanti tumbuhnya cakar baru.
Terakhir adalah mencabuti bulu-bulunya satu persatu. Proses selama 5 bulan ini sangat menyakitkan bagi si elang, tetapi dibalik proses yang menyakitkan itu, si elang mampu untuk hidup 30 tahun lagi.
Foto-foto elang Jawa :
sumber kaskus :
http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=15901069
aktivis kaskus
UserID: 4556203
Join Date: Jul 2012
Location: I ♥ ISLAM Barcen=PM
Posts: 735
No comments:
Post a Comment